PIKIRANPOST.COM – Wajah bahagia petani tanaman holtikultura Bawang, Rica/Cabai, Tomat (Barito) bernama Sukardi jelas terlihat saat mengikuti hajatan wisuda petani unggulan Bank Indonesia (BI) Maluku Utara (Malut), di Balroom Gamalama, Sahid Bella Hotel Kamis pagi (22/6) kemarin.
Bersama tiga orang temannya yang berasal dari Desa Tutuling Jaya, Kecamatan Wasile Timur, Kabupaten Halmahera Timur (Haltim) mereka tidak malu-malu mengambil foto dengan memegang sertifikat penghargaan wisuda wirusaha dan petani unggulan BI Malut (WIPUBI) angkatan pertama tahun 2023.
Meski profesi tani, notabene usianya sudah se-tua umur peradaban umat manusia dan dianggap kuno, namun keempat Petani asal daerah trans di Subaim Haltim itu begitu bangga dengan profesinya.
Hal itu jelas dibuktikan ketika Sukardi yang sedang asik berfoto disambangi pikiranpost.com untuk berbincang-bincang. Kata Sukardi, apa yang dipelajari sudah pihaknya dapat merasakan ilmu dan manfaatnya.
“Utuk itu kami akan bantu untuk menyebarkan yang sudah didapat selama kurang lebih satu tahun dibina ini ke petani lainnya. Karena coach Mariota mengajarkan ilmu ini tidak boleh disimpan sendiri harus disebarkan meluas di masyarakat,” jelasnya.
“Kami harapkan dengan pembinaan yang dilakukan BI ini dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dan juga diharapkan bisa dijual dengan harga yang tinggi. Karena perlakuan proses penanaman sudah menggunakan semi organik. Bukan kimia lagi,” sambungnya.
Ia menyebutkan, pada lahan percontohan atau demplot yang dibuka seluas satu hektar untuk tanaman Barito itu sudah dilakukan panen berulang kali. Seperti tomat, rica atau cabai merah sudah dipanen sebanyak 18 sampai 20 kali .
“Tomat dan cabai itu 18 kali petik atau panen. Cabai merah bisa lebih sekitar 20 kali petik. Kalau bawang merah itu baru satu kali panen karena waktunya memang agak lama sekitar 3 bulan,” ucapnya.
Sementara untuk penjualannya, Sukardi menceritakan, di Subaim sudah ada pengepul yang ambil, jadi langsung dipasarkan di wilayah tambang, seperti di Weda, Buli dan Maba. “Kami cari harga tertinggi, misal kalau tawaran di Kota Ternate tertinggi ya otomatis kami jual disana tetapi kalau murah, maka kita bawa ke tambang,”katanya.
Terpisah, Kepala BI Malut, Eko A. Arianto, kepada awak media menjelaskan program petani unggulan menjadi isu kritis karena masuk kategori inflasi pangan nasional. Ditambah lagi dengan kondisi lahan atau kualitas tanah pertanaman di Maluku Utara juga sudah menurun.
Sehingga, lanjut Eko, BI Malut akan kembali meluncurkan program petani unggulan yang kedua, karena kalau wirausaha masih akan menunggu sampai beberapa bulan lagi. Mudah-mudahan, Eko berharap, dalam satu bulan kedepan sudah akan dilaunching lagi.
“Mudah-mudahan calon pesertanya banyak, coach Mariota bilang di Manado mungkin cuman 20an yang daftar namun diangkatan kedua sampai 500 orang yang ikut seleksi. Harapan kami disini nanti juga seperti itu. Mohon dukungan juga dari teman-teman wartawan untuk memberikan informasi,” pungkas Eko.(*)
Penulis : Ihdal Umam
Editor : S. S Suhara