PERGOLAKAN SEJARAH, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang meng-ikhtiarkan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekan dari nagara-negara penjajah (Kolonialisme) hingga tetesan darah menjadi bukti keberanian dan keberpihakan pada kebenaran.
Tidak sampai disitu saja, para kader-kader terbaik memposisikan dirinya sebagai mahasiswa islam, dengan konstalasi politik dunia yang carut-marut menandakan degradasi Umat Islam dalam sisi pengetahuan dan akidah yang semakin mencela dari ajaran-ajaran Islam sehingga ayahanda Lafran Pane dan 14 orang lainnya yakni Karnoto Zarkasyi,Dahlan Husein, Maisyaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah,Muhammmad Anwar,Hasan Basri,Marwan,Zulkarnaen,Tayeb Rajak,Toha Mashudin,Bidron Hadi. Mengambil peran mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 5 Febuari tahun 1947, dengan semangat Ke Indonesian dan Ke Keislaman.
Dengan dorongan tokoh-tokoh yang mempelopori perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam dapat mengisi kemerdekaan dan Jenderal Sudirman juga mengutarakan bahwa HMI adalah harapan masyarakat Indonesia. Sudah tentu Himpunan Mahasiswa Islam mempunyai kontribusi besar dalam Negara ini.
Adapun sifat Independensi etis dan Independensi organisatoris yang termaktub dalam anggaran dasar (AD) pasal 6. konstitusi himpunan mahasiswa islam demi berjalannya perkaderan yang merupakan aturan main dari seluruh anggota, guna mengemban tujuan HMI dalam anggaran dasar (AD) pasal 4. Sebagai prospek yang selama ini dicita-citakan.
Tujuan HMI, yang tertera dalam anggaran dasar membuktikan rasa tanggung jawab yang besar atas kejayaan bangsa dan negara, yang di emban oleh para anggota dengan berbagai persoalan bangsa yang telah menanti agar dapat merepresentatif untuk mengetahui HMI secara komprehensif yang senantiasa berada dikalangan masyarakat.
Adapun arus nikolim perkembagan zaman saat ini menjadi polarisasi tantangan tersendiri bagi kader-kader himpunan mahasiswa islam dan sudah tentu menjadi ancaman dalam pola perkaderan ditubuh himpunan. Untuk dapat memposisikan diri ditengah-tengah permasalahan yang ada. sehingga dapat menjawab pertanyaan dari Masyarakat. (Himpunan mahasiswa Islam adalah harapan masyarakat Indonesia).
Pada makna lain. (Ahmad Dahlan Ranuwihardjo) menjelaskan bahwa politik tanpa moralitas yang telah menjangkiti HMI, secara langsung atau tidak turut menanamkan konstruksi kepribadian machiavellianis pada individu-individu di dalamnya dan kemungkinan besar terwariskan pada generasi setelahnya.
Olehnya itu, adanya upaya keharusan pembaharuan paradikma kepemimpinan dilatarbelakangi kritik atas fenomena degradasi pimpinan HMI yang selama ini semakin merusak citra baik organisasi. Maraknya intrik-intrik politik internal organisasi tidak lain berasal dari dominasi Hasrat berkuasa, menandai kegagalan epistemik atau nalar kepemimpinan yang secara amelioratif.
Eskalasi politik saat ini seharusnya mengedepankan era intelektual yang berada dalam himpunan mahasiswa islam dan mengambil bagian untuk menjadi pilar guna menimalisir seluruh hak-hak Masyarakat yang patut diperjuangkan. seharusnya berpihak kepada nilai-nilai luhur khalifatul filardh.
Dalam cose (hal-hal) HMI, tipologi kader yang problem solver (pemecah) itu tampil dengan kemampuan teknokratik (strategi, teknis, dan taktis) berdasarkan kecakapan profesionalnya untuk dapat bertidak memecahkan persolan-persolan secara kongkrit baik, internal maupun eksternal dikarenakan kepekaan Nurani dan rasa tangung jawab ber-HMI.(*)