RAPAT Koordinasi Regional Majelis Nasional Korps Alumni HMI (MN KAHMI) yang digelar di Ternate pada 23–24 Agustus 2025 menjadi momentum bersejarah. Mengapa bersejarah? Karena forum ini bukan sekadar temu kangen alumni, melainkan wadah konsolidasi strategis untuk merumuskan langkah percepatan pembangunan Indonesia Timur—sebuah kawasan yang selama ini masih tertinggal dibanding bagian barat negeri.
Sebagai alumni HMI, saya melihat Rakor ini mencatat dua capaian penting: penguatan jaringan intelektual dan politik KAHMI serta penegasan komitmen pembangunan berbasis keadilan sosial. Dua hal ini krusial karena ketimpangan pembangunan Indonesia Timur bukan hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga soal akses pendidikan, pemerataan ekonomi, dan distribusi sumber daya manusia.
Data Bappenas menunjukkan indeks pembangunan manusia (IPM) kawasan timur masih di bawah rata-rata nasional. Provinsi Maluku Utara misalnya, berada di kisaran 70, jauh tertinggal dibanding DKI Jakarta atau Jawa Barat yang sudah mendekati 80. Kondisi ini diperparah oleh infrastruktur yang belum memadai, konektivitas yang lemah, dan masih dominannya ekonomi ekstraktif tanpa nilai tambah.
Sayangnya, narasi pembangunan Indonesia Timur kerap berhenti pada tataran wacana. Program pemerintah pusat seringkali bersifat proyek jangka pendek, tanpa keberlanjutan dan minim melibatkan potensi lokal. Inilah yang membuat peran organisasi seperti KAHMI sangat penting. Sebagai rumah besar alumni HMI, KAHMI memiliki modal sosial, jaringan politik, dan intelektual untuk mendorong percepatan pembangunan berbasis gagasan visioner, bukan sekadar retorika.
Rakor Regional MN KAHMI di Ternate adalah sejarah baru karena mempertemukan Majelis Wilayah dan Majelis Daerah dari Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Papua Barat Daya dan Papua Selatan. Forum ini tidak hanya membahas isu internal, tetapi juga menyusun rekomendasi konkret secara garis besar, antara lain:
1. Mendorong infrastruktur konektivitas yang menghubungkan pulau-pulau kecil dengan pusat ekonomi regional.
2. Memperkuat peran BUMD dan UMKM agar tidak sekadar jadi penonton dalam investasi besar, khususnya di sektor pertambangan dan perikanan.
3. Menyiapkan SDM berkualitas melalui sinergi pendidikan tinggi dengan industri berbasis lokal.
Saya meyakini bahwa konsolidasi ini bukan sekadar ajang seremonial, tetapi sebuah langkah strategis. KAHMI harus berani menjadi think tank yang melahirkan gagasan kebijakan dan menjadi mitra kritis pemerintah, baik pusat maupun daerah.
KAHMI lahir dari rahim gerakan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Artinya, KAHMI memiliki tanggung jawab sejarah untuk memastikan pembangunan Indonesia Timur tidak terus tertinggal. Kita tidak boleh membiarkan ketimpangan menjadi luka sosial yang diwariskan kepada generasi mendatang.
Rakor Regional KAHMI di Ternate ini harus menjadi titik balik. Dari sini, kita berharap lahir dokumen strategis percepatan pembangunan Indonesia Timur yang berbasis riset, gagasan, dan aksi nyata. Jika KAHMI mampu mengonsolidasikan seluruh potensi alumni, maka sejarah baru ini akan tercatat bukan hanya di internal organisasi, tetapi juga dalam perjalanan pembangunan bangsa.
__Selamat dan sukses atas terlaksananya Rakor Regional MN KAHMI Di Ternate_ .
_
*Yakin Usaha Sampai*
_Billahi Taufiq Wal hidayah ws. wb_
Bella Hotel; 23 Agustus 2025.(*)