Nelayan Patani Keluhkan Kehadiran Tongkang Muatan Nikel Milik Perusahaan, Rumpon Jadi Sasaran

Nampak salah satu tongkang muatan nikel yang mendekati perairan Patani tempat nelayan beraktivitas

PIKIRANPOST.COM– Nelayan asal Enam Desa di Kecamatan Patani, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara keluhkan kehadiran tongkang muatan nikel yang melewati perairan Patani.

Pasalnya, kehadiran tongkang dapat menurunkan pendapatan tangkapan ikan para nelayan, selain itu juga rompong milik nelayan menjadi sasaran dugaan terseret  kapal tongkang.

“Tongkang milik perusahaan yang beroperasi di Halmahera Timur, melewati antara tanjung ngolopopo dan Pulau Mor. Ini sangat membahayan para nelayan,”kata Badarun nelayan asal Desa Bakajaya kepada media ini, Selasa (1/8/2023)

Badarun mengungkapkan, kapal tongkang muatan nikel yang melewati tanjung ngolopopo sangat membahayan nelayan yang mencari ikan di seputaran perairan tersebut, sebab, aktivitas nelayan di seputaran kedua tanjung tersebut, sangat padat.

Dia bilang, aktivitas penangkapan ikan dilakukan sudah lama sejak nenek moyang mereka mencari kehidupan disitu,”Apalagi, ada nelayan yang rumponnya terlepas gara-gara terseret dan lepas terkena tongkang. Kemudian tangkapan ikan juga menurun jauh, karena ikan cakalang itu mengikuti bawah tongkang, kayu saja ikan bisa ikut apalagi tongkang yang begitu besar,”katanya dia nada kesal.

Anton, nelayan lainnya juga sesalkan kehadiran tongkang muatan nikel milik perusahaan tersebut. Menurut dia, untuk tidak menganggu aktivitas nelayan, kapal muatan nikel harus melewati perairan antara pulau mor dan Pulau Gebe, kemudian dari bibir pantai ke laut sepanjang 12 mil.

“Kalau kita berada di kampung, masih lihat kapal muatan nikel lalulalang, tongkang terlalu dekat, ini yang membuat kami sesalkan, kenapa mereka tidak menjauh, supaya kami juga merasa nyaman saat pergi melaut,”kata dia dengan nada kesal juga.

Olehnya itu, para nelayan mendesak kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan lembaga lainnya guna memanggil pihak perusahaan untuk segera mencari solusi yang terbaik, agar nelayan kembali beraktivitas seperti semula.

“Pemerintah harus memperhatikan masalah yang menimpa kami orang kecil. Perusahaan ini beraktivitas puluhan bahkan ratusan tahun dan dampaknya kepada nelayan kecil bukan kepada pemerintah,”harap dia.

Sementara Kepala Desa Yondiliu Saifuddin Hi.Jalal ketika ditemui, mengaku sangat prihatin juga dengan kondisi nelayan setelah kehadiran kapal tongkang muatan nikel yang selalu lalu-lalang di perairan Patani.

“Sangat berpengaruh, misalnya pada bulan puasa lalu saja masyarakat sulit untuk mengkonsumsi ikan cakalang, karena setiap kapal lewat dia ikuti kapal, apalagi dalam satu hari sampai malam selalu terlihat tongkang lewat,”ungkapnya.

Ia mengaku, sudah pernah menyampaikan keluhan nelayan saat rapat koordinasi bersama PJ bupati, tujuannya mencari solusi dimana kapal harus menjauh sehingga tidak menganggu aktivitas nelayan.

“Kita berharap cepat ada solusi, minimal kapal menjauh dari rumpon yang dipasang nelayan,”harap dia.

Ilman Samad salah satu staf perusahaan yang beroperasi di Haltim saat dikonfirmasi mengarahkan wartawan untuk menghubungi bagian shiiping.” Nanti saya kirim nomor teman-teman di shiiping, biar mereka yang jelaskan, karenaa di sini selain Antam..banyak juga perusahaan lain yang tongkangnya ke Weda,”kata dia.(*)

Penulis : End
Editor. : S.S.Suhara

banner banner banner banner banner banner banner banner banner banner banner banner

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *