Oleh: Fahrul Abd Muid/ Penulis adalah Dosen IAIN Fakultas Ushuluddin & Sekretaris ICMI Kota Ternate
POLITIK SECARA SEDERHANA adalah segala hal yang berkaitan dengan game kekuasaan. Sebagai politikus, pekerjaan anda hanya dua saja kawan, pertama, anda akan menghimpun kekuasaan (machtvorning) dan, kedua anda akan menggunakan kekuasaan (machtaanwending).
Ketika anda rajin mengunjungi orang-orang yang berpengaruh dan melakukan negosiasi dengan mereka, sebenarnya anda sedang menghimpun kekuasaan. Ketika anda menyingkirkan lawan anda dengan cara memanipulasi wewenang yang anda miliki, maka anda sedang menggunakan kekuasaan. Banyak orang mengira bahwa politik hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, misalnya partai politik, caleg DPR, DPD, DPRD, pasangan calon dan pejabat dalam jabatan politik.
Penyelenggaraan pemilu serentak tahun 2024, kita sering mendengar muncul sebuah ucapan, “suhu politik meningkat” khususnya untuk suhu politik Pilpres hari ini. Dan karena politik dianggap sebagai perilaku yang penuh dengan kotoran, maka kegiatan kampanye politik tidak boleh dilakukan di tempat-tempat suci seperti rumah ibadah, juga tidak boleh dilakukan di tempat-tempat belajar seperti kampus tapi dengan syarat dan ketentuan yang berlaku agar dapat dilakukan kampanye politik di kampus. Pasar (kecuali pasar swalayan modern) adalah tempat kotor, karena itu di sana anda boleh berpolitik, misalnya politik dagang sapi. Bila anda berpolitik di kantor, anda telah mencemari kantor, atau kantor anda menjadi kotor. Maka janganlah anda berpolitik di kantor.
Politik sebenarnya tidak selalu kotor kawan, dan kekuasaan tidak selalu berkaitan dengan politik berdasarkan ijtihadnya para psikolog-sosial. Setiap orang yang terlibat dalam game kekuasaan. Ketika anda berhubungan dengan orang lain, anda bersaing dalam menggunakan kekuasaan. Bahkan kekuasaan itu fitrah manusia, hajat atau kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.
Manusia selalu merindukan akan lezatnya kekuasaan mencari-cari kekuasaan dan lebih-lebih mempertahankan mati-matian akan kekuasaan. David McClelland menyebut ada 3 (tiga) kebutuhan sosial yang menggerakkan manusia. Pertama, kebutuhan manusia akan kasih-sayang, Kedua, kebutuhan manusia untuk berprestasi, Ketiga, kebutuhan manusia akan kekuasaan. Tingkat kebutuhan ini pada setiap orang berbeda-beda.
Bila kebutuhan manusia akan kasih-sayang sama tingginya dengan kebutuhan akan kekuasaan, anda bisa-bisa gila kawan. Ketika anda mengejar kekuasaan, anda terpaksa harus mengenyampingkan sebagian rasa kasih-sayang. Anda harus “tegaan” jadi manusia yang gila akan kekuasaan.
Sebaliknya anda memperkecil kebutuhan akan kekuasaan dan mempertinggi kebutuhan akan kasih-sayang. Tetapi anda harus meninggalkan karir anda karena anda telah mengalami penyakit post power syndrome (anda kehilangan kekuasaan dan wewenang). Maka alangkah ahsannya jadilah anda sebagai Pendeta atau Kiai, janganlah anda jadi politikus atau berhentilah anda menghimpun kekuasaan dan menggunakan kekuasaan. Karena anda telah keliru dalam mengamalkan candu kekuasaan yang ada pada diri anda untuk memburu kekuasaan.
Jangankan membayangkan bahwa setiap kekuasaan melibatkan hukuman atau ganjaran. Mengutip pendapatnya B.H. Raven dalam “Social Influence and Power” menyebutkan bahwa ada 6 (enam) macam kekuasaan. Pertama, kekuasaan koersif. Anda memiliki kekuasaan ini bila orang menganggap anda mempunyai kemampuan untuk mendatangkan hukuman atau ganjaran.
Untuk menggunakan kekuasaan model ini, anda harus selalu mengawasi perilaku orang lain. Raven menyebut kekuasaan ini dengan istilah “public dependent”. Kedua, kekuasaan informasi. Anda berkuasa terhadap si B, karena anda memiliki informasi yang sangat diperlukan oleh si B. Tetapi begitu informasi itu disampaikan, maka anda akan kehilangan kekuasaan itu. Ketiga, kekuasaan referent, anda berkuasa terhadap si B, karena si B mengidentifikasikan dirinya dengan anda, karena ia ingin seperti anda, karena anda adalah idolanya.
Kekuasaan ini timbul karena rasa hormat yang luar biasa dari si B terhadap anda. Keempat, kekuasaan legitimate. Anda berkuasa karena anda mempunyai hak istimewa yang diberikan oleh konvensi, tradisi, atau adat kebiasaan. Secara konvensional, pak Lurah mempunyai kekuasaan. Ia, misalnya, boleh mengubah batas-batas tanah kita untuk kepentingan pembangunan di lingkungan kelurahan. Kelima, kekuasaan ahli. Anda memiliki kekuasaan terhadap si B, karena anda memiliki keahlian yang sangat diperlukan oleh si B untuk mencapai tujuannya. Anda menjadi sumber satu-satunya bantuan untuk si B.
Keenam, kekuasaan negatif. Kekuasaaan terakhir ini jarang dicari orang tetapi sering terjadi dalam realitasnya. Antonius memuji-muji Brutus supaya orang-orang Romawi menentang Brutus. Dengan kekuasaan negatif, anda menganjurkan orang lain untuk melakukan perbuatan yang sebaliknya dari apa yang anda anjurkan. Anda memerintahkan orang berlaku sederhana, supaya mereka berlomba mengejar kemewahan. Aneh tapi nyata.
Oleh karena itu, bahwa bentuk kekuasaan ini mungkin saja dimiliki oleh seorang pemimpin/penguasa dalam situasi yang sangat formal dan non-formal sesuai dengan situasi yang sedang terjadi pada dirinya. Namun, kembali lagi bahwa kekuatan setiap bentuk kekuasaan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam masing-masing kelompok masyarakat.
Maka dari enam macam kekuasaan di atas, anda sebenarnya berada pada level macam kekuasaan yang mana dan selera anda terpaut pada model kekuasaan yang nomor berapa, silahkan anda menentukan sendiri sesuai dengan selera dan kehendak kekuasaan anda. Bahkan boleh jadi anda adalah salah satu pihak yang pernah menjadi korban dari perebutan kekuasaaan baik di level legislatif maupun eksekutif, yang membuat anda sakit hati, kecewa dan tidak berkeinginan lagi untuk mencari dan mengejar atau memburu kekuasaan hari ini. Dan kemudian anda berkata, “saya sudah kapok” dengan yang namanya mengejar untuk memiliki kekuasaan.
Tapi ada jenis manusia yang tidak akan pernah menyerah atau tidak ada kapok-kapoknya untuk memburu kekuasaan sampai dia berhasil memiliki kekuasaan itu. Dalam pergaulan sesama teman pada sebuah perkumpulan organisasi, anda sebetulnya sudah memainkan model-model kekuasaan sebagaimana yang dikatakan oleh Raven. Karena anda memang gemar untuk memburu kekuasaan.
Maka anda adalah sang pemburu kekuasaan dan setelah anda berhasil berkuasa, maka anda nikmati betul kekuasaan itu, dan anda berpotensi akan melupakan orang-orang yang tadinya berjuang bersama anda dalam memburu kekuasaan ketika anda sudah berkuasa. Maka jadilah anda pemburu kekuasaan yang luar biasa. Dan ini fakta bukan fiktif. Aneh tapi nyata kawan!. Semoga bermanfaat tulisan ini. Wallahu ‘alam bishshawab.